skip to main |
skip to sidebar
Kucing
telah dipelihara oleh manusia setidaknya sejak zaman mesir kuno. Pada
kebudayaan mesir kuno terdapat mitos yang terkenal mengenai seorang dewi
berbentuk kucing bernama Bast. Bast adalah dewi pelindung rumah, kucing
dan pelindung ladang dari serangan tikus, kadang-kadang mempengaruhi
beberapa aspek dalam peperangan dan menjelma dalam bentuk singa betina.
Banyak
orang mempercayai, kucing pertama kali dipelihara oleh manusia
(didomestikasi) pada awal kebudayaan mesir kuno. Pada zaman tersebut
kucing telah menyelamatkan kehidupan banyak dari kelaparan akibat
serangan tikus. Mitos Dewi Bast muncul dari kekaguman manusia terhadap
kucing sebagai hewan kesayangan. Bast adalah anak dari dewa matahari Ra
dan banyak berperan penting dalam kepercayaan mesir kuno.
Beberapa hali sejarah menduga kucing yang hidup di pulau kenya yang
terletak di kepulauan Lamu adalah keturunan terakhir langsung dari
kucing Mesir kuno yang masih hidup hingga saat ini.
Beberapa
kepercayaan kuno mempercayai kucing sebagai perwujudan dari jiwa/roh
yang bertugas menemani dan membimbing manusia. Mereka dianggap
mengetahui tentang segala sesuatu, tetapi mereka bisu sehingga tidak
dapat mempengaruhi berbagai keputusan yang diambil manusia.
Di
eropa pada abad pertengahan, kucing sering dianggap berasosiasi dengan
penyihir dan sering dibunuh dengan dibakar atau dilempar dari tempat
tinggi. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa takhyul seperti inilah
yang menyebabkan wabah Black Death menyebar dengan cepat. Black Death
diperkirakan merupakan sebuah wabah penyakit pes di Eropa pada abad
ke-14. Cepatnya penyebaran wabah ini menyebabkan banyak orang waktu itu
percaya bahwa setanlah yang menyebabkan penyakit tersebut. Pernyataan
Paus yang menyebutkan bahwa kucing, yang berkeliaran dengan bebas, telah
bersekutu dengan setan. Karena pernyataan ini, banyak kucing dibunuh di
Eropa pada saat itu. Penurunan jumlah populasi kucing menyebabkan
meningkatnya jumlah tikus, hewan pembawa penyakit pes yang sesungguhnya.
Saat ini, orang masih percaya bahwa kucing hitam adalah pembawa sial
sementara ada yang percaya bahwa kucing hitam justru membawa
keberuntungan. Kucing juga masih diasosiasikan dengan sihir. Kucing
hitam sering diasosiasikan dengan Halloween. Penganut wicca dan
neopaganisme yang lain mempercayai bahwa kucing sebenarnya baik, mampu
berhubungan dengan dunia lain, dan dapat merasakan adanya roh jahat.
Di Asia, kucing termasuk ke dalam salah satu zodiak Vietnam. Namun
kucing tidak termasuk ke dalam zodiak Tionghoa. Menurut legenda, ketika
Raja Langit mengadakan pesta untuk hewan yang akan dipilih menjadi
zodiak, ia mengutus tikus untuk mengundang hewan-hewan yang telah
dipilihnya. Bagian cerita ini dikisahkan dalam berbagai versi, tikus
lupa untuk mengundang kucing, tikus menipu kucing mengenai hari pesta,
dan berbagai variasi lainnya. Pada akhirnya kucing tidak hadir dalam
pesta itu, tidak terpilih menjadi hewan zodiak, sehingga memiliki dendam
kesumat pada tikus.
Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan
teramat istimewa. Bahkan, konon orang Jepang lebih memilih memelihara
kucing dibanding memelihara anjing. Para kaisar yang pernah menduduki
tahta pemerintahan, konon selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan
adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan
kesayangan Dewa Amaterasu, dewa matahari. Sebagai hewan kesayangan Dewa,
kucing sering turun ke dunia manusia untuk mengamati kehidupan para
manusia dan melaporkan segala yang dilihatnya itu kepada para dewa.
Jika ia menemukan orang yang berhati mulia namun sangat miskin, ia akan
melaporkannya kepada Dewa Kemakmuran agar orang baik tersebut diberi
rahmat rejeki. Dari mitos ini pulalah lahir boneka “ManekiNeko”, yaitu
boneka atau patung kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki depannya.
Kita sering melihat patung seperti ini di toko-toko, bukan? Patung ini
adalah simbol rejeki atau kemakmuran, karena orang Jepang percaya bahwa
kucing itu mendatangkan rejeki. Mitos ini tidak hanya dipercaya oleh
orang Jepang, tapi juga oleh orang-orang China yang dikenal sebagai
pedagang ulung.
Kucing dalam dunia Islam.
Pada abad
13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing
dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung
hingga mata uang. Bahkan didunia sastra, para penyair tak ragu untuk
membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi
buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.
Seorang Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke
sepuluh bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk
santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati
makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu bashad memberi
sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu
balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam ibnu
bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai
disebuah atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang
menyodorkan sepotong daging yang diberikan ibnu bashad kepada kucing
lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya.
hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing
yang diberi nama Muezza. Nabi sangat menyangi kucing tersebut.
Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah,
mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu.
Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia
menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.
Kabsyah
berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia
menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda,
“Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah
(binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu
Majah).
Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang
menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah.
Lalu, beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam
bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju
bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu,
Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu.
Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas,
kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu,
bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih
At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah
semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah
sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya,
setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.
Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia
melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian
yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah Saw
bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah
melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R
AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).
Hadis ini
diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu,
kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya
adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih
bersih daripada manusia. Mungkin ini pula-lah mengapa Rasulullah SAW
sangat sayang kepada Muezza, Kucing kesayangannya.
Hukuman
bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah
hadist shahih Al bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak
pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk
mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi
wanita ini adalah siksa neraka.
Beberapa diantara orang
terdekat nabi juga memelihara kucing. Aisyah binti abubakar shiddiq,
istri nabi amat menyayangi kucing, dan merasa amat kehilangan dikala
ditinggal pergi oleh si kucing. Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi
julukan Abu huruyrah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya
dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
Penghormatan para tokoh islam terhadap kucing pasca wafatnya Nabi SAW.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, Baybars al zahir, seorang
sultan dari dinasti mamluk yang terkenal tegas dan berani, ternyata
sangat menyayangi kucing. Bahkan al zahir sengaja membangun taman-taman
khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya.
Baybars Al Zahir, sultan dinasti mamluk yang mendirikan taman-taman
untuk kucing.
Tradisi ini akhirnya menjadi adat istiadat di
berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini, mulai dari
damaskus, istanbul, hingga kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing
yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan
yang disediakan oleh penduduk setempat.
Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?
Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu
adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi
perkembangan dunia zoologi saat ini, Salah satu isinya mengenai ilmu
medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing
sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran
suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran
tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai
jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat
mitos alat sihir dapat terselamatkan.